Minggu, 04 April 2010
Kisah Burung Gereja
Kisah Burung Gereja Yang Malang
diceritakan kembali oleh: budi r.
Ini kisah usang tentang burung gereja kecil. Kisahnya sederhana tetapi mengandung pesan moral yang tinggi. Begini kisahnya:
Alkisah diceritakan, suatu hari terbanglah seekor burung gereja kecil jauh terbang tinggi melayang meninggalkan kampung halamannya. Ia terbang dari daerah utara yang dingin menuju daerah selatan yang panas. Musim dingin yang berhembus di utara terasa sangat menggigil menembus tulang. Hamparan salju yang putih terasa menyesakkan dada.
Burung gereja itu terbang semakin tinggi dan melayang dengan cepat, ia tahu ia harus sampai ke daerah selatan secepatnya. Ia mendengar kabar bahwa di daerah selatan hawanya lebih hangat dan nyaman. Disana juga tersedia banyak makanan, daerahnya ramai dan banyak teman di sana. Rasa penasaran dan keinginannya untuk segera sampai membuatnya tiada henti-hentinya ia terbang. Terus dan terus.
Angin berhembus kencang disertai butir-butiran salju, menambah buruk cuaca. Burung gereja sedikit lagi sampai ke daerah selatan yang ia impikan. Ia sudah sampai di perbatasan, di suatu perkampungan pertanian. Sudah terbayang dalam angannya bertemu dengan teman-temannya, merasakan hangatnya suasana, dan melimpahnya makanan.
Tiba-tiba naas tak dapat terelakkan, hawa dingin dan kelelahan membuat burung kecil itu kehabisan tenaga. Dunia terasa berputar, kepalanya oleng, sayap-sayap mungilnya terasa kaku tak bisa bergerak lagi, nafasnya tersengal, dan buzz.... gelap. Burung itu tak berdaya lagi, ia pingsan dan jatuh meluncur ke bawah.
Burung itu nyaris menumbuk tanah, ketika tanpa sengaja seekor sapi lewat dan membuang kotoran. Burung gereja yang malang itu tepat jatuh dalam kotoran sapi yang hangat. Sesaat suasana hening, tak ada suara. Hanya gelap dan kelelahan yang dirasakan burung kecil itu.
Tapi kotoran sapi itu ternyata cukup hangat. Darahnya yang beku mulai mencair dan memanas lagi, pelan-pelan burung itu merasakan kehangatan dan kekuatannya mulai pulih kembali. Matanya mulai terbuka, dan kesadarannya mulai timbul kembali. Sayup-sayup ia mulai mendengar suara orang lalu lalang di perkampungan itu. Yah... ia kini sadar sepenuhnya dan pulih kembali kekuatannya. Tapi melihat kenyataan ia terjatuh di kotoran sapi, ia tersenyum kecut dan kesal dalam hati. Sang sapi pun hanya tersenyum heran melihat kelakuan burung kecil itu. Dan setelah dilihatnya burung itu mulai bangkit, sang sapi pun meninggalkannya.
Tak jauh dari tempat kejadian, ada seekor kucing yang mengamati dari tadi gerak-gerik burung malang itu. Setelah sapi pergi, dihampirinya burung mungil itu. Dikeluarkannya burung itu dari kotoran sapi, dibersihkannya dengan air, dijemurnya di atas atas rumah seorang penduduk. Sinar matahari yang hangat memulihkan sepenuhnya kekuatan burung gereja kecil itu. Apalagi disitu tersedia banyak makanan. Dan burung itu mulai bernyanyi gembira, suaranya yang hilang selama ini kini kedengaran lagi.
Melihat burung itu telah pulih, kucing pun mendekati. Dan menunjukkan sifat aslinya. Dan tahu apa yang terjadi, .... Kucing itu menerkamnya dan memakannya habis. Sungguh tragis. Dan berakhirlah kisah burung gereja kecil yang malang.
Moral dari cerita ini adalah:
- Seseorang yang memberimu kesulitan belum tentu musuhmu, dan sebaliknya seseorang yang mengeluarkanmu dari kesulitan belum tentu sahabatmu.
- Berterima kasihlah pada orang yang membantumu, meskipun mungkin tidak seperti yang kamu harapkan keadaannya.
- Jangan mudah tertipu oleh gemerlapnya dunia.
- Dan silahkan menafsirkan sendiri.
(dn'2010)
Bagikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar