google-site-verification: google6b90b9091f6ff7f2.html d klip: Kartini - Tentang Pendidikan

Jangan hapus foto kamu sayang 'kan, coba jual aja disini ...!!

Selasa, 20 April 2010

Kartini - Tentang Pendidikan



Kami, sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang-orang setengah Eropah atau orang-orang Jawa kebarat-baratan.



Semua keterangan mengenai Sekolah Rumah Tangga ada pada kami. Dan apa yang dikehendaki Kartinimu, Nyonya tahu! Dia ingin dijadikan cakap akan tugas yang ingin sekali dipikulnya, ialah menjaga jiwa anak-anak tak berdosa, membimbing dan membentuknya.

Saya ingin meraih 2 akta dan kemudian juga akta bahasa, bahasa ibu saya. Kami merencanakan bersama-sama membuka sekolah, kalau dapat sebuah asrama, karena kami ingin murid-murid di bawah bimbingan kami sepenuhnya, kami ingin menjaga mereka, membimbing hati muda mereka dan membentuk watak mereka.

Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang-orang setengah Eropah atau orang-orang Jawa kebarat-baratan. Dengan pendidikan bebas kami bertujuan terutama sekali akan menjadikan orang Jawa sejati, orang Jawa yang dijiwai dengan cita-cita dan semangat untuk tanah air dan bangsanya. Dijiwai dengan mata dan hati terbuka untuk keindahannya dan - kesukarannya! Kepadanya kami ingin memberikan sesuatu yang bagus dari peradaban Eropah, bukan untuk mendesak atau mengganti sifat-sifat sendiri yang bagus, melainkan untuk memuliakannya.

Dengan penyilangan tanman atau binatang dari berbagai macam diperoleh jenis tanaman atau binatang unggul. Tidak akan demikianlah halnya dengan adat-istiadat bangsa-bangsa? Apabila sesuatu yang baik dari bangsa yang satu dicampur dengan sesuatu yang baik dari bangsa yang lain, tidakkah dari campuran itu akan tumbuh adat kebiasaan yang mulia?

Sekarang jawaban 'mengapa harus mutlak Negeri Belanda', pertanyaan yang dulu Nyonya ajukan.

Karena untuk satu diantara dua mata pelajaran yang dipilihnya, Roekmini hanya dapat dididik di negeri Belanda saja.

Dan mengenai saya, alasan yang harus saya ajukan. Di sini pun saya dapat selesai seperti di negeri Belanda. Itu sudah pasti. Tetapi apabila saya dididik di negeri Belanda, tidakkah saya dapat dipersiapkan lebih baik untuk tugas saya sebagai guru dan pendidik? Lapangan pengetahuan saya akan diperluas, jiwa saya diperkaya dan ini semuanya pasti akan mengajar dan memberi sangat banyak kepada saya, yang tidak dapat diberikan dan diajarkan oleh negeri saya sendiri.

Kecuali mata pelajaran pendidikan dasar yang umum dan pekerjaan tangan, saya ingin benar-benar agar di sekolah kami (!!!) diajarkan satu mata pelajaran lagi, yaitu pengetahuan tentang tubuh kita, bentuk dalam dan bentuk luarnya serta tugas yng harus dilakukan tiap bagian jasad manusia untuk mempertahankan hidup dan kesehatan. Tidak akan terjadi banyak kecelakaan atau dapat juga diperkecil jumlahnya sampai batas terendah, jikalau pengetahuan yang berguna itu dimiliki orang banyak!

Sekedar bukti saja dapat disebutkan bahwa baru-baru ini seorang anak perempuan digilas trem. Ia diangkut ke kota untuk mendapat pengobatan dokter. Ia tiba di kota sebagai mayat. Anak yang malang itu mati berdarah, karena baik polisi maupun pegawai trem sama sekali tidak tahu tentang susunan urat maupun balut-membalut.
Pengetahuan ilmu kesehatan, ilmu merawat dan ilmu balut-membalut itu harus merupakan bagian dari pendidikan kita, saya rasa.

Suatu ketika akan terjadi dalam hidup manusia, lebih-lebih perempuan, harus berdiri di depan ranjang sakit orang-orang yang dicintai atau yang belum dikenal. Celaka benar kalau kita tidak dapat berbuat sesuatu. Hal yang tidak dapat dihindari, kalau orang sama sekali tidak mempunyai pengetahuan dalam bidang itu. Kesedihan itu saya rasakan sungguh-sungguh, ketika saya melihat seorang diantara mereka yang saya cintai berbaring dalam keadaan sakit payah.

Pengetahuan ini ingin saya peroleh dan saya ajarkan di sekolah kami. Di negeri Belanda hal itu mudah, di sana semuanya ada.
---
(dn'2010)

dari:
Kartini - Surat-surat kepada Ny.R.M. Abendanon - Mandri dan suaminya
Dokumen 58: Japara, 10-6-1902 (hal 273-274, Djambatan, 1992)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar