Apa itu kepepet?
Kepepet adalah suatu kondisi kritis, terpojok, tidak ada alternatif lain dan yahhh... begitulah kurang lebihnya. Sehingga kondisi ini sama sekali tidak nyaman dan tidak mengenakkan.
Dalam kondisi seperti ini biasanya orang sering nekat, naluriah manusia untuk tetap survive membuatnya mampu melakukan hal-hal yang diluar dugaan. Dimana dalam kondisi wajar ia tidak mungkin bisa melakukan itu. Dan kita sepertinya dibuat bingung, ia mendapat kekuatan dari mana bisa melakukan hal seperti itu.Eitsz.... jangan salah. Ini tidak selalu negatif. Justru yang ingin kita bicarakan disini adalah hal yang positif, dimana dalam kondisi kepepet justru melejitkan orang-orang mencapai puncak kesuksesan. Ada banyak contoh, Anda bisa lihat biografi orang-orang yang sukses.
Mereka kebanyakan justru berasal dari keluarga yang serba kekurangan jauh dari kelimpahan seperti yang kita lihat dalam kondisi sekarang. Anda lihat Ciputra, yang sekarang menguasai bisnis properti. Apakah masa lalunya berkelimpahan? Tidak justru sebaliknya. Atau Anda tentu tahu Thukul Arwana? Bagaimana masa lalunya, bagaimana perjuangannya? Pahit getir perjuangan orang-orang kepepet untuk tetap survive di tengah-tengah kondisi yang serba kekurangan dan sangat menekan telah membuahkan hasil yang manis yaitu kesuksesan.
Kepepet Membuat Orang Mandiri
Dalam kondisi yang serba kekurangan jauh dari kelimpahan memaksa pribadi-pribadi untuk tetap tangguh menghadapi berbagai kondisi yang biasa ia alami. Ia harus bertahan hidup, maka pikirannya terbuka, nalurinya muncul, ide-ide dan gagasan kreatifnya muncul. Ia harus makan, ia harus bekerja, ia harus mencukupi kebutuhannya ia tidak kenal lelah, berusaha dan berusaha. Dan satu hal yang penting, ia mengalahkan gengsinya. Kalau ia mempertahankan gengsinya maka ia tidak makan, buat apa? Makanya rata-rata mereka mau berusaha apa saja, yang penting dia bisa tetap eksis, tetap survive.
Lambat laun terbentuklah pribadi yang tangguh, ulet, rajin dan mempunyai wawasan dan gagasan yang cemerlang. Ide kreatifnya muncul, kekuatannya menghadapi penolakan demi penolakan tidak membuatnya menyerah. Hanya satu terus berusaha.
Lingkungan yang baik dan pergaulan yang banyak membuat ia mempunyai relasi yang banyak. Apalagi ia tidak sungkan-sungkan, tidak gengsian, tidak egois. Karena ia tahu betul rasanya penolakan lingkungan maka ia belajar menghargai. Dan seiring dengan berkembangnya waktu dan keadaan ia cepat populer. Dan karena populer ia memperoleh kesempatan-kesempatan yang selama ini terpendam untuk berkembang dengan maksimal.
Hal yang mungkin berbeda dengan orang dalam kondisi mapan. Seorang anak yang biasa dilayani cenderung buntu pikirannya. Ketika dihadapkan dengan persoalan kecil saja, ia sudah panik, tidak mampu mencari jalan keluarnya. Bahkan karena kekecewaan yang sedikit saja ia sudah lari ke hal-hal yang negatif.
Ini tidak bisa disalahkan begitu saja, karena memang naluriah manusia untuk hidup nyaman tanpa ada masalah. Tapi mungkinkan manusia hidup tanpa masalah? Rasanya tidak mungkin.
Disinilah yang penting bagi kita adalah untuk mendidik anak-anak kita mandiri, mampu mengatasi persoalannya sendiri, mampu menyiapkan masa depannya sendiri, mampu memberikan wawasan yang luas tentang kehidupan, karena seorang anak tidak akan selamanya bersama kita, dalam lindungan kita.
Meskipun tidak harus dengan kondisi yang ekstrem dan penuh tekanan, tetapi seorang anak layak untuk disiapkan mandiri. Tidak semua hal harus dilayani dan dituruti. Bukannya kita tidak sayang, tetapi semata-mata untuk mendidik. Agar anak kelak mampu bertahan hidup dan tetap survive dalam kondisi apapun. Karena kehidupan tidak tetap, kondisi keadaan selalu berputar dan berubah. Dan yang penting kita siap.
Bagikan di FB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar